Selasa, 08 Maret 2011

DAMPAK KRISIS LIBYA BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA

Harga minyak mentah New York melonjak lebih dari delapan persen di tengah meningkatnya kekerasan di Libya, eksportir minyak Arab utama pertama yang diguncang oleh kekacauan politik yang melanda Timur Tengah. Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman yang Maret yang dikenal sebagai West Texas Itermediate (WTI) ditutup pada 93,57 dolar AS per barel, naik sebesar 7,37 dolar AS, atau 8,5 persen, dari penutupan Jumat kemarin.

Lonjakan harga terjadi setelah pemimpin Libya Muammar Kadhafi Selasa memerintahkan pasukannya untuk menumpas pemberontakan yang telah mengguncang pemerintahannya 41 tahun, peringatan bersenjata pengunjuk rasa bahwa mereka akan dieksekusi. Libya adalah produsen minyak mentah terbesar keempat Afrika setelah Nigeria, Aljazair dan Angola, dengan produksi 1,8 juta barel per hari dan merupakan
negara penghasil minyak terbesar ke-9 di dunia. Selain itu, Libya juga memiliki cadangan minyak sebesar 47 miliar barrel dan cadangan gas sebesar 54 triliun kubik.

Oleh karena itu, krisis Libya ini
memiliki dampak global, khususnya pasokan minyak kepada negara Barat. Harga minyak di pasaran dunia saat ini meroket mencapai lebih dari USD100/barel. Apalagi minyak Libya yang diekspor, merupakan jenis terbaik dan banyak dibutuhkan perusahaan maupun industri di Barat. Kerusuhan berbuntut kekerasan berdarah menyebabkan banyak perusahaan minyak yang berinvestasi di Libya menghentikan produksi. Situasi yang semakin genting juga memaksa dilakukannya evakuasi terhadap para staf, pekerja beserta keluarganya. Selain krisis minyak, situasi Libya dapat menganggu sejumlah langkah recovery ekonomi Barat yang kini dilanda resesi. Barat juga harus menghadapi krisis politik di seluruh Timur Tengah menuju pergantian rezim yang belum dapat diprediksi.
Tetapi krisis Libya ini ternyata memberikan dampak positif bagi perekonomian yakni memicu penguatan rupiah. Investor asing malah memburu aset di Tanah Air untuk memanfaatkan keuntungan dari tingginya suku bunga. Pelaku pasar kembali masuk ke aset berimbal hasil tinggi termasuk di Indonesia untuk memanfaatkan peluang bank sentral akan kembali menaikkan suku bunga untuk mengantisipasi inflasi. Ancaman inflasi meningkat karena harga minyak mentah terus menanjak akibat kisruh politik di Libya dan Timur Tengah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys