Rabu, 23 Maret 2011

Kondisi perekonomian dan Inflasi di Indonesia pada tahun 1993



Perkembangan keadaan perekonomian dunia sejak tahun 1992 mengalami kelesuan, sampai pada tahun 1993 perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih dan secara umum masih menunjukkan kelesuan. Hal ini antara lain tercermin pada menurunnya pertumbuhan ekonomi negara-negara industri serta pertumbuhan volume perdagangan dunia yang selanjutnya membawa dampak terhadap menurunnya harga sebagian komoditi perdagangan dunia. Perekonomian dunia dalam tahun 1993 juga ditandai dengan laju inflasi yang relatif rendah khususnya di negara-negara industri, suku bunga cenderung menurun, apresiasi yen terhadap beberapa mata uang dunia khususnya dolar Amerika Serikat, serta harga minyak bumi yang cenderung menurun. Melalui dampaknya terhadap beban hutang, pertumbuhan ekspor, baik 'migas maupun non migas serta aliran modal, berbagai perkembangan tersebut telah berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Apresiasinya yen terhadap dolar Amerika Serikat tentunya berpengaruh juga terhadap rupiah di mana nilai rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat karena Indonesia merupakan negara yang terbuka untuk perdagangan internasional.
Dampak selanjutnya adalah membengkaknya beban impor Indonesia terhadap Amerika Serikat karena Indonesia harus membayar dengan rupiah yang lebih banyak, di mana nilai rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika Serikat. Indonesia mengalami laju inflasi yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya terutama pada tiga bulan pertama tahun 1993 secara kumulatif laju inflasi Indonesia sebesar 6,44%. Sampai dengan November 1993, laju inflasi Indonesia yang diukur dari perubahan Index Harga Konsumen (IHK) telah mencapai 9,24% (kumulatif). Kenaikan inflasi pada tahun ini sebesar 97,77 % dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1992 sebesar 4,94%.
Laju inflasi yang cukup tinggi juga dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM, tarif listrik, angkutan, dan gaji pegawai negeri oleh pemerintah pada awal tahun.
Keadaan nilai ekspor non migas tahun 1992 dan 1993 meningkat sebesar 30,6% dan 8,75%. Tetapi nilai impor non migas mengalami penurunan sebesar 2,2% dan 5,62% sehingga terjadi surplus neraca pembayaran luar negeri untuk kelompok non migas pada tahun 1993.

1 komentar:

farida mengatakan...


Thanks ya, artikel sangat membantu dalam menyelesaikan tugas perkuliahan tentang inflasi dan pengangguran. Kunjungi juga ya MAKALAH INFLASI DAN PENGANGGURAN

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys